Nikah Itu?

"Manusia dilahirkan untuk saling berpasang-pasangan." Begitulah kata Kyai Sejuta Umat, seingat saya saat beliau tausyah. Dan menikah itu menyempurnakan Iman Islam.

Perjalanan sampai saat ini pengetahuan saya, ada 2 tipe proses menuju pernikahan yang saya tangkap. Yang pertama adalah mengenal, pendekatan, pacaran, nikah.

kedua nikah, pacaran.

Yang selalu menjadi pertanyaan adalah, yang benar yang mana, yang terbaik yang mana? Saya rasa jawaban itu bisa terjawab dengan sendirinya setelah masa menikah dilakukan. Tetapi apa tidak boleh hal itu diketahui sebelum sampai masanya.

Ada segelintir orang yang sering berpersuasi untuk nikah dulu baru pacaran dengan alasan agar terjauhkan dari perzinaan. dan ada pula yang pacaran dulu baru nikah, ini alasannya biar kita tahu pasangan mana yang cocok untuk kita. 

Kebanyakan yang kita ketahui bahwa manusia menjalani ini dengan mengalir, dengan arti nggak mempermasalahkan antara kedua proses tersebut.

Namun karena agama kita adalah agama islam, tentunya sudah ada petunjuk yang terkandung didalam al-qur'an dan ada tauladan dari Rosululloh.

Menikahnya Rosul dengan Khadijah itu pun tidak ada proses pacaran, jadi mengenal antara pemilik dagangan dan karyawan yang membantunya. Setelah itu menikah. usianya pun terpaut 15 tahun.
Pada sejarahnya Islam tidak mengenal dengan budaya pacaran-nikah. Namun sejauh yang saya tahu bahwasanya ada suatu proses menuju pernikahan yaitu :

1. Mengenal Calon, nah ini diketahui dari pihak ketiga, megnenai agamanya, namanya, alamatnya, pekerjaannya, keluarganya dan lainnya yangn perlu diketahui.
2. Melihat Calon (Nazhar), Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pepatah beli kucing didalam karung. pihak laki-laki bisa memutuskan untuk jadi lanjut keproses pberikutnya setelah melihat calonnya.
3. Peminangan (Khitbah), istilahnya nembung ka walinya.
4. Akad Nikah, yaitu adanya Ijab dan Qabul
5. Walimatul 'urs, bahasa umumnya adalah resepsi dan ini bersifat sunah,

sebenarnya hampir sama dengan pacaran dulu baru menikah. kalau menikah secara syar'i, insyallah akan terhindar jauh dari hal-hal yang menyebabkan kearah perzinaan. Hanya saja kalau pacaran itu mengenal secara lebih dalam, informasi calon, sifatnya, keluarganya dsb. Namun tidak ada kepastian akan lanjut kepernikahan karena ketidak cocokan atau hal-hal lainnya.

Proses Secara islami, atau secara syar'i, saya bisa katakan proses nikah menggunakan otak kanan, seperti yang pernah dipaparkan Ippo Santosa penulis 7 Keajaiban Rezeki. Dimana membandingkan dengan nikah otak kiri, musti punya penghasilan dulu, punya rumah dulu, musti wanita yang seperti ini, seperti itu, harus puya ini, punya itu dulu.

Teringat saya dengan teman2 yang sudah menikah,, Wanita ada, lelaki juga ada. Wanita jelas karena sudah umuran 22 keatas, yang lelaki pun sudah diatas 24 tahun. Kebanyakan dari mereka adalah menikah dengan cara syar'i. Lah gimana bisa bilang begitu.
a : halo, gmn kabar?
saya : baik.. gmn kamu Bro?
a : baik juga. kapan nikah?
saya : besuk, masih mempersiapkan segala sesuatunya.
a : saya sudah nikah Bro. maaf tidak undang2. 
 saya : gubrak $%^&^%

Nah kirain tadinya mau diskusi, eh malah ngabarin udah menikah. Kapan pacarannya pikir saya. Dia menjelaskan kemudahan, ketentraman yg dirasa setelah menikah, bahkan menguatkan saya kalau menikah itu tidak perlu mikir modal (rizki), hanya butuh menata hati dan keberanian. *geleng2. salut saya dengan temen2 saya diusia 23 bahkan dibawah itu sudah pada nikah. thumb up.!

Nah sekarang tinggal kembali kepribadi masing-masing, mau pakai proses yang mana. Mengalir sajakah?! hm...